Ahlusunnah Dan Kebenaran Ajarannya
Ajaran Islam bukanlah sebuah ajaran yang dipahami sebagian kecil kelompok
yang secara lantang mengatakan “Kita kembali ke Quran dan Hadis”, atau “Kita
salat seperti Rasulullah, bukan menurut Imam Syafi’i” dan slogan-slogan
lainnya.
Islam yang telah lama sampai kepada kita adalah ajaran yang telah dibawa
oleh ulama-ulama terkemuka dalam Islam melalui jalur ilmu, guru dan murid,
terus hingga saat ini hingga dapat menjaga kemurnian ajarannya, seperti sabda
Nabi Muhammad Saw:
عَنْ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الْعَذَرِي قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَرِثُ
هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفَوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ
الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ (رواه
البيهقي)
“Dari Ibrahim bin Abdurrahman
al-Adzari, ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda: Ilmu Islam ini akan diwarisi oleh orang-orang yang adil dari setiap generasi Islam, mereka akan membersihkan dari penyimpangan makna oleh para ekstrimis, pengagamaan
sesuatu yang bukan agama oleh orang-orang yang membatalkan ajaran Islam
(seperti para orientalis), dan penyimpangan harfiyah atau maknawiyah oleh
orang-orang bodoh” (HR al-Baihaqi. Para ulama ahli hadis menilainya sahih)
Karena pentingnya jalur ulama
yang membawa ajaran Islam, para ulama Salaf menegaskan:
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ
فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ (رواه مسلم)
Muhammad bin Sirin berkata: “Ilmu ini adalah agama. Maka lihatlah oleh
kalian dari siapa kalian mengambil agama kalian” (Riwayat Muslim)
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ الإِسْنَادُ مِنَ
الدِّينِ وَلَوْلاَ الإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ (رواه مسلم)
Abdullah bin Mubarak berkata: “Sanad adalah bagian dari agama. Andai tidak
ada sanad, maka orang akan berkata sesuai kehendaknya” (Riwayat Muslim)
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ
الْقَوَائِمُ. يَعْنِى الإِسْنَادَ (رواه مسلم)
Abdullah (bin Mubarak) juga berkata: “Yang membedakan antara kita dan
mereka adalah sanad” (Riwayat Muslim)
Berikut adalah salah satu sanad ilmu Islam bagi ulama Ahlisunnah wal Jamaah
yang terus bersambung kepada ulama Salaf hingga Rasulullah Saw:
Syaikhona Kholil Bangkalan Madura
dari
Syaikh Abu Bakar bin
Al Arif Billah As Sayid Muhammad Syatho dari Syaikh Muhammad Nawawi Al Bantani
dari Syaikh Ahmad Zaini Dahlan dari Syaikh Abdulloh bin
Umar dari Syaikh Muhammad
Solih Rois dari Syaikh Ali Al Wana'i dari Syaikh
Sulaeman bin Muhammad bin Umar Al Bujaerimi Al
Mishriy dari Syaikh Ahmad bin Romadlon dari Syaikh
Sulaeman Al Babili dari Syaikh Abdul Aziz
Zamzami dari Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al
Mulaibari dari Wajihuddin Abdurrohman bin
Ziyad Az Zubaedi dari Syihabuddin bin
Ahmad bin Hajar Al Haitamiy (Syaikh Ibn Hajar)
dari Abu Yahya Zakarya bin Muhammad bin
Ahmad bin Zakarya Al Anshori (Syaikhul Islam
Zakarya Al Anshori) dari Imam Jalaluddin
Muhammad bin Ahmad Al Mahalliy dari Syaikh Solih bin
Umar bin Ruslan bin Nasir bin Solih Al Bulqini
dari Syaikh Umar Al Bulqini dari Syaikh Abdurrohim
Al Quroisyiy dari Syaikh Hibatulloh Al
Baar dari Syaikhul Islam Muhyiddin bin Zakarya bin
Syarifuddin dari Imam Kamal Ardabili dari Syaikh
Muhammad Naisaburi dari Abu Hamid bin
Muhammad Al Ghozali Aththusiy (imam Ghozali) dari
Abdul Malik ibn Yusuf bin Muhammad Al
Juwaeni (imam Haromain) dari Abu Abdillah
Muhammad Al Juwaeni dari Imam Abu Bakar Qofal
dari Imam Ibrohim Al Maruzi dari Imam Ahmad ibn
Umar bin Surej Abu Al Abas Al Baghdadi dari
Imam Abu Al Qosim dari Imam Abu Ibrohim Ismail
bin Yahya Al Mazani dari AsySyaikh Al Imam Al A’zhom
Ibn Abdillah bin Idris Asysyafi’i (imam
Syafi’i pendiri madzhab syafi'i ) dari Al Imam
Malik bin Anas dari Sayiduna Syafi’ Maula Abdillah
dari Sayiduna Abdulloh bin Umar dari Rosululloh
Shollahu 'Alaihi Wasallam.
Amaliah Ahlisunnah Berdasarkan Ijtihad
Bukan Bid’ah
Amaliah yang telah diamalkan oleh umat Islam Ahlisunnah wal Jamaah, baik
secara ubudiyah, fadlail, tradisi yang tidak bertentangan dengan Islam dan
sebagainya adalah bersumber dari Ijtihad, baik dari al-Quran, Hadis, Ijma’ Ulama
maupun Qiyas. Keempat sumber hukum ini berlandaskan firman Allah:
قوله : { أَطِيعُواْ الله
وَأَطِيعُواْ الرسول } يدل على وجوب متابعة الكتاب والسنة . قوله : { وَأُوْلِى
الأمر مِنْكُمْ } يدل عندنا على أن إجماع الأمة حجة ... { فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِى
شَىْء فَرُدُّوهُ إِلَى الله والرسول } يدل عندنا على أن القياس حجة (تفسير الرازي
- ج 5 / ص 248)
“Firman Allah yang artinya: (Patuhilah Allah dan Patuhilah Rasulullah)
adalah kewajiban mengikuti al-Quran dan Sunah. Firman Allah yang artinya: (Dan
Ulil Amri) menunjukkan bahwa Ijma’ ulama adalah sebuah hujjah. Dan firman Allah
yang artinya: (Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya) menunjukkan
bagi kita bahwa Qiyas adalah sebuah hujjah” (Tafsir al-Razi Mafatih al-Ghaib
5/248)
Dengan demikian, banyaknya amaliah Ahlisunnah yang melalui metode Qiyas,
seperti mengucapkan niat, kirim pahala al-Quran dan sebagainya adalah
menggunakan Qiyas yang dibenarkan dalam Islam, dan bukan bid’ah seperti yang
dituduhkan sebagian kecil kelompok.
Sedangkan yang berkaitan dengan tradisi-tradisi yang baik adalah
berlandaskan atsar berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ : مَا رَأَى
الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُوْنَ
سَيّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّىءٌ وَقَدْ رَأَى الصَّحَابَةُ جَمِيْعًا أَنْ
يَسْتَخْلِفُوْا أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (رواه احمد والحاكم والطبراني
والبزار . قال الذهبي قي التلخيص : صحيح وقال الهيثمي رجاله ثقات)
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Apa yang dilihat baik
oleh umat Islam, maka baik pula bagi Allah. Dan apa yang dilihat buruk oleh
umat Islam, maka buruk pula bagi Allah. Para sahabat kesemuanya telah
berpandangan untuk mengangkat khalifah Abu Bakar” (Riwayat Ahmad, al-Hakim,
al-Thabrani dan al-Bazzar. Al-Dzahabi berkata: Sahih. Al-Haitsami berkata: Para
perawinya terpercata)
Ahlisunnah Wal Jamaah Diantara Aliran Lain
Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam saat ini yang terbesar dianut di
dunia adalah Ahlisunnah wal Jamaah, yang secara akidah bermadzhab kepada Imam
Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi, juga di bidang fikih
bermadzhab kepada salah satu dari 4 madzhab, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam
Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal. Ini adalah kelompok terbesar (al-Sawad
al-A’dzam) dalam Islam sejak masa ulama Salaf ribuan tahun yang lalu. Karena
Ahlisunnah adalah kelompok mayoritas dalam Islam, maka ada jaminan dari
Rasulullah bahwa mereka tidak akan sesat secara massal:
مَا كَانَ اللهُ لِيَجْمَعَ هَذِهِ الْأُمَّةَ
عَلَى ضَلَالَةٍ أَبَدًا، وَيَدُ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ هَكَذَا، فَعَلَيْكُمْ
بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ، فَإِنَّهُ مَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ
“Allah tidak akan mengumpulkan umat ini di atas
kesesatan selamanya. Kuasa Allah berada dalam jamaah seperti ini. Maka ikutilah
al-Sawad al-A’dzam oleh kalian. Barangsiapa yang menyendiri (dari jamaah) maka
menyendirilah dalam neraka”
Berkenaan dengan hadis ini ulama Wahabi, Syaikh
Albani berkata:
قال الشيخ في مقدمة الصحيحة : ] رواه ابن أبي عاصم في السنَّة وإسناده ضعيف
كما بينته في ظلال الجنة رقم 80، ولكنه حسن بمجموع طرقه كما شرحته في الصحيحة 1331
وغيره[. انظر: هداية الرواة ]171[. (تراجعات العلامة الألباني في التصحيح والتضعيف – ج 1 / ص 13)
“Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Ashim dalam kitab
al-Sunnah. Sanadnya dlaif sebagaimana saya jelaskan dalam Dzilal al-Jannah.
Tetap hadis ini HASAN dengan akumulasi jalur-jalur riwayatnya, sebagaimana saya
jelaskan dalam [al-Silsilah] al-Shahihah dan lainnya” (Taraju’at Al-Albani
1/13)
Penjelasan dalam banyak hadis tentang [Ma Ana
alaihi wa Ashabi] juga ditemukan riwayat yang mempertegas makna al-Sawad
al-A’dzam sebagai Ahlisunnah wal Jamaah:
إِنَّ بَنِى إِسْرَائِيْلَ تَفَرَّقَتْ
عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ سَتَزِيْدُ عَلَيْهِمْ
فِرْقَةً كُلُّهَا فِى النَّارِ إِلاَّ السَّوَادَ الْأَعْظَمَ (أخرجه الطبرانى فى
الكبير وفى الأوسط وقال الهيثمي : فيه أبو غالب وثقه ابن معين وغيره وبقية رجال
الأوسط ثقات وكذلك أحد إسنادى الكبير عن أبى أمامة)
“Sesungguhnya Bani Israil terpercah menjadi 71
golongan. Dan umat ini akan melebihi Bani Israil secara kelompoknya. Semua di
neraka, kecuali kelompok terbesar” (HR al-Thabrani dari Abu Umamah. Al-Hafidz
al-Haitsami berkata: Di dalam sanadnya terdapat Abu Ghalib, ia dinilai tsiqah
oleh Ibnu Ma’in dan lainnya, dan perawi yang lain adalah terpercaya. Begitu
pula salah satu dua sanad dalam al-Mu’jam al-Kabir)
Sumber: http://www.hujjahnu.com/2016/03/ahlisunnahdan-kebenaran-ajarannya-m.html